Lautan Rasa|Part1

"Selamat datang di wacana yang katanya mimpi itu indah. Kami dari layanan kebangun tengah malam akan segera tiba di mimpi indah itu. Mohon maaf telah mengganggu waktu tidurnya, sekedar mengingatkan, betapa kejamnya mimpi itu. Dari aku sang malam."

Tepat pukul 03.40 Wita adalah kali pertama aku beranikan diri mengirim pesan WhatsApp yang sekian lama ditunda. Pada umumnya kata untuk menyapa seseorang adalah memberi salam, tapi kali ini aku ingin berbeda. 

"Aku lagi demam kaka." Jawabnya. 

Malam itu aku menjelma Vokalis Rock N Roll yang menyanyikan lagu kebahagiaan segenap merayakan terbalasnya pesan. Pukul 04.10 Wita akhirnya terbalas lah pesanku. 

"Alhamdulillah." Jawabku. 

"Alhamdulillah apaan orang lagi sakit juga hmm." Jawabnya dengan emot sedih. 

"Ngga gitu maksudnya, aku sangat bersyukur malam ini karena kamu sudah mau balas pesan aku, terimakasih yah hehe."

"Kebetulan aja aku balasnya."

"Kok gitu sih."

"Haha, ngga, bercanda kok kaka."

"Orang demam dilarang bercanda." Jawabku. 

"Emang siapa yang mau ngelarang, suka-suka aku lah."

"Ngga ada yang ngelarang, konon katanya kalau orang lagi demam suka bercanda nanti demamnya makin parah."

"Kok gitu sih, aku baru aja mendingan demamnya malah gitu bilangnya." Jawabnya dengan emot kesal. 

"Hehehe, bercanda. Ohhh iya aku lupa.?"

"Apa.?" 

"Assalamualaikum."

"Kirain apaan."

"Jawab dulu-lah salamku."

"Waalaikumsalam." Jawabnya. 

"Nah gitu dong, menjawab salam dari seseorang itu hukumnya wajib bagi sesama muslim."

"Iya pak ustadz." 

"Lah dibilangin malah ngeyel, tanda-tanda perempuan yang paling aku suka begini-nih modelnya haha."

"Suka apaan.?" Jawabnya yang begitu judes. 

"Suka kamu-lah, hehe."

"Mau muntah aku kak."

"Muntah kenapa? Istrahat aja! Katanya demam."

"Ngga, aku rasa muntah baca pesan kaka hahaha."

"Hahaha." Aku yang cengar-cengir sendiri dengan percakapan kami berdua dan ngebayangin bagaimana ekspresi dia disana. 

Tiba-tiba dia bertanya "kaka ngga sholat.?"

"Iya dikit lagi." Jawabku. 

"Kaka yang baik lagi lebay ngga baik loh menunda-nunda waktu sholat.!"

Ngga kerasa waktu begitu cepat baru sebentar rasanya aku chatan sama dia tapi waktu telah menunjukkan panggilan-Nya. 

"Iya-iya aku sholat dulu yah, mau aku doain ngga.?"

"Buat apa." Jawabnya. 

"Buat kamu-lah, agar disembuhkan dari sakitnya."

"Ngga perlu, aku juga bisa doa sendiri."

"Yaudah."

"Terserah kaka aja deh."

"Ngga jelas nih anak. Dasar perempuan."

"Perempuan apa haa.?" Jawabnya begitu tegas. 

"Perempuan jutek, hahaha."

"Kalau ngga ikhlas ngga usah deh."

"Ribet amat jadi perempuan."

"Hahahaha, kaka doain orang tua aja."

"Iya-iya ribet lu ahh." Jawabku yang menghadapi sifat asli kaum hawa. 

"Yaudah sholat sana.!"

"Iya bocil." Jawabku yang langsung bergegas penuhi panggilan-Nya sebagai makhluk yang diberi rasa cinta oleh Sang pemberi cinta. Dalam sholat-ku selalu kebayang wajah mungilnya aku merasa ngga khusyuk di subuh itu, dan diakhir sujud aku berdoa sebagaimana mestinya, tak lupa ku-selipkan doa agar diberi kesehatan kepada dia. 

Selepas itu aku langsung meraih gadget-ku untuk kembali  mengirim pesan kepadanya. "Wqxyzsgpji."

"Apaan ngga jelas mulu nih kaka." Jawabnya. 

"Ngga, ngetes doang kirain sudah tidur, hehe."

"Ini baru mau tidur kaka."

"Gitu yah, cepat amat tidurnya.?"

"Iya." 

"Selamat yah."

"Selamat apa lagi nih.?" Jawabnya. 

"Selamat tidur kamu, jangan mimpiin aku yah, baik-baik disana, kesehatan dijaga, dan jangan terlalu jutek nanti aku makin suka."



                                                                    


 

Komentar